Usaha Chievo Verona Mengulang Musim 2001/2002


Views:
BY
0 COMMENTS
Pada Serie A musim 2001/2002, Chievo Verona untuk pertama kalinya mencicipi tingkat tertinggi dalam piramida kompetisi sepakbola Italia. Mereka naik ke level ini setelah menyelesaikan musim 2000/2001 Serie B di peringkat ketiga klasemen akhir.

Kiprah mereka di musim perdananya itu pun tak bisa disebut sekadar numpang lewat. Mereka bukan hanya sanggup bertahan di Serie A, namun juga memperlihatkan diri sebagai kesebelasan yang mengejutkan. Di bawah asuhan Luigi Del Neri, pelatihnya saat itu, mereka langsung menggebuk Fiorentina 2-0 di laga perdana. Selanjutnya mereka mengalahkan Bologna dengan skor yang sama pada pekan kedua. Dua kemenangan di awal musim itu membuat Chievo sempat menduduki peringkat pertama klasemen. Julukan "Flying Donkeys" pun mulai disematkan kepada Chievo.

 Mereka tentu saja memang tak sanggup mempertahankan posisinya di puncak klasemen. Namun Chievo sanggup bertahan di papan atas hingga akhir musim. Saat musim 2001/2002 berakhir, Chievo duduk di peringkat lima klasemen akhir. Mereka hanya dikalahkan oleh empat kesebelasan paling mapan di Italia: Juventus, AS Roma, Internazionale Milan dan AC Milan.

Sayangnya, dari musim ke musim selanjutnya, performa Chievo semakin memburuk. Salah satu penyebabnya adalah hengkangnya para pemain penting yang gagal ditambal dengan pemain baru yang kemampuannya sepadan. Apalagi Del Neri pun hengkang di akhir musim 2004, dan baru kembali pada 2006/2007 yang berakhir dengan degradasi ke Serie B.

Tapi Chievo kembali lagi ke divisi teratas Liga Italia setelah memucaki klasemen akhir Serie B 2007/2008. Pada periode kedua kemunculannya di Serie A ini Chievo tampil lebih konsisten. Mereka sanggup bertahan sampai tujuh musim terakhir. Pada musim 2015/2016 ini, Chievo kembali menjelma sebagai kesebelasan kuat -- setidaknya di awal musim.

Kesebelasan yang kini dibesut Rolando Maran tersebut memenangi dua laga awal Serie-A 2015/2016 dengan skor cukup besar yakni menang 3-1 melawan Empoli dan mengalahkan Lazio dengan skor4-0. Di pekan ketiga, Chievo menahan imbang juara bertahan, Juventus, dengan skor 1-1. Kendati selanjutnya kalah dari Inter dengan skor tipis 1-0, namun di pekan kelima mereka mampu bangkit lagi dengan mengalahkan Torino 1-0.

Kini mereka pun masih berada di peringkat empat klasemen sementara ketika Milan, Lazio, Roma, Napoli, Juventus dan Udinese masih bergelut di papan tengah. Tapi apakah "Keledai Terbang" kali ini hanya sekadar kejutan, ataukah mereka mampu tampil sebaik musim 2001/2002 yang sanggup bertengger di peringkat kelima di akhir musim?

Peran Signifikan Pemain Baru

Bursa transfer musim panas 2015 memaksa Chievo melepaskan dua pilarnya yaitu full-back kiri Ervin Zukanovic dan sayap kanan Diego Farias terbang ke Cagliari. Tapi Maran tidak terlalu mengkhawatirkan hal tersebut karena kesebelasannya mampu mendatangkan pemain baru dengan harga relatif murah namun efektif untuk kepentingan strategi yang disiapkannya.

Pesepakbola paling mahal yang didatangkan Chievo adalah Lucas Castro, sayap kiri, dari Catania, seharga 2,45 juta poundsterling. Pembelian Castro ini sebagian uangnya didapatkan dari penjualan Zukanovic yang mencapai 2 juta pounds.

Sedangkan kekosongan di sisi kiri pertahanan sepeninggal Zukanovic ditambal dengan kedatangan Massimo Gobbi dari Parma secara gratis. Gobbi pun menjadi andalan Maran di sektor tersebut mengingat taktiknya saat ini mengandalkan pressing ketat dari kedua sayapnya. Kendati Gobbi sudah tidak muda lagi namun pengalaman pemain 34 tahun ini mampu menjadi salah satu instrumen penting pertahanan Chievo. Akurasi keberhasilan tekelnya dari lima pertandingan awal musim ini mencapai 75% dari 15 kali tekel. Sekitar 3,4 tekel per laga. 

Jangan lupakan juga deretan pemain baru lain yang langsung berkontribusiseperti Castro, Valter Birsa (AC Milan), Giampiero Pinzi (Udinese), Fabrizio Cacciatore (Sampdoria) dan Paul-Jose Mpoku (Standard League). Nama-nama tersebut mampu menyatu dengan para pilar lama seperti Alessandro Gamberini, Nicola Rigoni, Alberto Paloschi, Riccardo Meggiorini dan lainnya dalam waktu yang relatif cepat.

Pelan-pelan Meninggalkan Catenaccio

Pada musim lalu Chievo menerapkan permainan catenaccio yang kerap membuat lawan yang bermain dengan agresivitas menyerang tinggi seperti Juventus, Roma, Lazio dan lainnya cukup kerepotan. Bahkan Chievo menjadi kesebelasan keempat yang jumlah kebobolannya paling sedikit. Mereka hanya kalah dari Juventus (kebobolan 24), Roma (31), dan Lazio (38).

Tapi jumlah kebobolan yang sedikit itu agak kurang diimbangi dengan kemampuan mencetak gol ke gawang lawan. Mereka hanya mencetak 28 gol, menjadi yang paling sedikit di musim lalu. Hal tersebut membuat Maran memutuskan mengubah gaya Chievo menjadi lebih menyerang pada musim ini. Nicolas Frey, full-back kanan, lebih sering maju membantu Castro ketika membangun serangan.

Sedangkan Gobbi di sebelah kiri pertahanan cenderung bertahan. Dua sektor sayap menjadi andalan Maran untuk menerapkan pressing ketat kepada lawan. Dua sisi penyerangan itu bermain agresif dalam menekan lawan guna mencuri bola secepat mungkin untuk membangun serangan balik. Sisi kanan cenderung lebih aktif menyerang. Kendali agresif menekan, tapi Frey jarang maju hingga sepertiga akhir lawan.

Serangan dari sayap kecenderungannya kemudian dilanjutkan ke area depan kotak penalti lawan yang ditempati Birsa yang diplot sebagai trequartista pada formasi 4-3-1-2 ala Maran. Dari area tersebut Chievo cenderung memanfaatkan peluang mencetak gol melalui tendangan dari luar kotak penalti. Meggiorini sering turun lebih ke bawah untuk mengambil kesempatan tersebut dan para gelandang yang datang dari sektor tengah juga kerap menerima bola pantulan Birsa agar bisa ditendang dari area luar kotak penalti.

Lima dari sembilan gol yang sudah mereka kemas sejauh ini berasal melalui proses tersebut. Seperti dua gol yang dieksekusi Birsa atau satu gol dari Perparim Hatemaj dan Castro yang muncul dari tengah, serta satu gol setelah Meggiorini turun ke area luar kotak penalti lawan. Sementara Paloschi sering berada di depan gawang lawan menyambut umpan terobosan ke kotak penalti atau mengantispasi bola muntah.

Bola mati juga menjadi andalan Chievo, terutama dari tendangan pojok. Serangan memanfaatkan situasi bola mati sejauh ini sudah menghasilkan tiga gol. Dua di antaranya lahir dari situasi tendangan sudut dan merupakan kedua terbanyak bersama Milan setelah Torino. Melihat poin-poin di atas, bisa dimengerti jika Chievo senang memainkan umpan-umpan panjang.

Pilihan untuk melakukan serangan balik yang disiapkan Maran kerap kali dilakukan melalui serangan cepat dengan umpan-umpan panjang. Begitu mereka berhasil merebut bola, pilihan untuk langsung mengirim umpan panjang sering diambil oleh para pemain Chievo. Bersama Sampdoria, Udinese, Verona dan Carpi, anak asuh Maran ini menjadi kesebelasan dengan jumlah umpan panjang tepat sasaran terbanyak di Serie-A yaitu 21 kali umpan.

Mengandalkan Ketajaman Alberto Paloschi Ketika Pellissier dkk., bertandang ke Stadion Carlo Castellani, markas Empoli, sebetulnya tuan rumah lebih diunggulkan. Ricardo Saponara, yang disebut-sebut sebagai gelandang serang masa depan Italia, menjadi katalisator utama Empoli.

Penampilannya yang konsisten di musim lalu ikut andil menyelamatkan Empoli dari degradasi. Mantan pemain Milan itu pun langsung menggebrak dengan mencetak gol ke gawang Chievo ketika pertandingan baru berjalan tujuh menit. Tapi sayangnya sensasi itu justru tenggelam oleh tiga gol yang dicetk Chievo. Gol Paloschi pada menit 63 membuat laga berakhir 3-1 untuk kemenangan Chievo.


Saponara dan Paloschi sama-sama pernah berseragam Milan, namun pada pertandingan tersebut nama terakhir lebih diremehkan karena status Empoli sebagai tuan rumah dan meroketnya nama Saponara. Kendati demikian, Paloschi terbukti juga layak mendapatkan tepuk tangan, bahkan dibanding Saponara, karena ia tidak cuma mencetak gol saja. Pemain yang pernah memperkuat Parma tersebut benar-benar berperan besar dalam strategi yang diterapkan Maran ketika mengalahkan Empoli.

Kendati diplot sebagai penyerang, Paloschi rajin turun lebih ke bawah untuk melepaskan percobaan tendangan dari luar kotak penalti. Satu percobaan tendangan dilakukan di area luar kotak penalti lawan dan dua sisanya dilepaskan di depang gawang Empoli yang menghasilkan satu gol. Dari lima laga di musim ini, Paloschi sudah mencetak tiga gol.

Kinerjanya tentu tak bisa dilepaskan dari kinerja rekan duetnya di lini depan, Meggiorini, dan peran Birsa sebagai gelandang serang. Dua rekannya itu sering membuka ruang bagi Paloschi. Inilah yang membuat Paloschi, sejauh lima laga awal, berhasil menciptakan 11 peluang.

Yang juga menonjol dari Paloschi adalah kesediaannya untuk ikut bertarung memperebutkan bola. Ia terlibat dalam taktik pressing tinggi yang dirancang Maran. Ketika menghadapi Empoli, ia melakukan tiga pelanggaran di lini tengah tanpa diganjar kartu kuning. Agresifitas dalam bertahan itulah yang menjadikan Paloschi tak ubahnya seorang defensive forward pada strategi pressing ketat Chievo. Dan itu menjadi vital karena memberi waktu bagi rekan-rekannya untuk merapikan posisi pertahanan dalam kondisi diserang.

Kemampuan pria 25 tahun itu mencerminkan karakter penyerang Italia yang rajin membantu serangan dan tajam dalam menyelesaikan peluang. Selama lima musim berseragam kuning-biru ia sudah mencetak 33 gol. Andai saja permainan lebih terbuka Chievo sudah dilakukan jauh dari musim sebelumnya, mungkin ia bisa mencetak gol lebih banyak lagi.

Pelatih Italia, Antonio Conte, mungkin juga tidak terlalu risau dengan krisis penyerang di tim nasional saat ini yang memaksanya memakai jasa para oriundo, pemain “asing” yang memilih memperkuat Italia.

Ditulis oleh @randyntenk dan dimuat di: http://sport.detik.com/aboutthegame/read/2015/09/27/110614/3028917/1482/usaha-chievo-verona-mengulang-musim-2001-2002

0 komentar:

Posting Komentar


A blog created by Unknown

This is a static content section widget. It is a handy way to show additional content at the widgetized page. The static content section widget outputs the contents of a selected static page. You can use as many instances of the static content section widget you wish, to create the ideal page structure.


About Me